Hello I’m back! *setelah vakum setahun, wow!*
Well, review abal-abal nan sotoy ini akan menjadi postingan pembuka
di tahun yang baru ini.
Kalau berbicara genre film drama comedy, film-film Thailand
masih tetap juara di hati. ATM, Suck Seed, A Little Thing Called Love, Bangkok
Traffic Love Story, First Kiss, I Fine Thank You Love You, Hello Stranger, Teacher's Diary (....and many more),
selalu meninggalkan kesan. Humor-humornya effortless. Bahkan film horror
Thailand pun, masih sanggup membuat saya tertawa. Kalau melirik produk lokal,
sebenarnya juga sudah banyak film bergenre sama. Tapi satu-satunya yang
terlintas saat ini hanya Get Married, apa lagi ya? *langsung baper baca kata married*
Menonton film drama comedy selalu menyenangkan, ceritanya yang
ringan dan sangat bisa di relate, membuat komedi yang dilemparkan dapat mudah
diterima *mulai sotoy*. Makanya, Cek Toko Sebelah (CTS) jadi punya daya tarik
sendiri bagi saya. Lebih tertarik lagi setelah baca retweet-an penonton CTS
yang mengatakan bahwa CTS hampir setara dengan film 3 Idiots dan PK! Could
you imagine! Bagi yang belum menonton 2 film ini, saya sangat merekomendasikan
karena ini film Bollywood yang berisi, complicated tapi lucu. Ekspektasi
saya pun akhirnya meninggi. Walaupun sebenarnya motivasi terbesar untuk akhirnya menonton
CTS adalah karena ditraktir, kalau tidak, saya tidak yakin akan nonton. Tiket
bioskop disini terlalu mahal bagi saya, dan lagipula film Indonesia akan cepat
tayang di TV. *ups*
sumber : wikipedia |
CTS merupakan film kedua
yang disutradarai Ernest Prakasa, salah satu komika favorit saya. CTS bercerita
tentang konflik dalam sebuah keluarga keturunan Tionghoa dibalut dengan komedi. Dalam film ini, Ernest juga menjadi salah satu pemain,
karena menurut pengakuannya, demikianlah permintaan sang produser. Ernest
berperan sebagai Erwin Surya, seorang laki-laki masa kini yang kariernya sedang
bagus-bagusnya. Erwin mempunyai seorang kakak laki-laki, bernama Yohan,
diperankan oleh Dion Wyoko. Yohan bernasib berbeda dengan Erwin, karier-nya
sebagai fotografer tidak sanggup membuat ayahnya bangga, dan sebaliknya, sang
ayah sangat membanggakan Erwin. Sang ayah biasa dipanggil Koh Afuk (diperankan
oleh Chew Kin Wah), dalah seorang laki-laki paruh baya yang
mengurusi sebuah toko sembako bersama beberapa karyawannya. Koh Afuk berniat untuk pensiun
dan meminta Erwin untuk mengambil alih toko tersebut. Erwin dibuat dilema antara
memilih untuk meneruskan kariernya yang sedang berada di puncak, atau meneruskan toko sesuai yang sangat diharapkan oleh ayahnya. Sementara itu Yohan merasa kecewa karena dinilai
tidak akan mampu oleh ayahnya jika toko tersebut diberikan kepadanya. Lalu,
bagaimana nasib toko Koh Afuk? Apa keputusan Erwin? Apa yang
akan dilakukan Yohan untuk memperbaiki hubungannya dengan adik dan ayahnya?
NONTON SAJA YA. Hehehe.
Kesan pribadi saya terhadap CTS, film ini sangat menghibur
dan cocok untuk ditonton bersama keluarga atau calon pendamping hidup-mu. Acting Koh Afuk sangat menyentuh, sukses melelehkan air mata walau beliau hanya
sendirian dalam suatu scene. Soundtrack CTS yang dibawakan oleh The Overtunes
dan GAC pun mendukung dan kawin sama film ini. Dan yang tak pernah
mengecewakan, kemunculan Adinia Wirasti (atau yang sampai sekarang masih saya
panggil si Karmen) sebagai Ayu, istri dari Yohan. Ayu menjadi inspirasi bagi kita para kaum hawa, ia menunjukkan bagaimana
seharusnya seorang istri bersikap saat suami dengan berada di titik terendah. *Eaaa* Saya memang selalu suka dengan si Karmen ini,
sama sukanya saat melihat actingnya di film Kapan Kawin? bersama Reza Rahardian.
Chemistry Ayu dan Yohan pun terlihat dan terasa sangat kuat. Kemunculan pemeran
pendukung membuat semarak film ini, karena meskipun hanya di beberapa scene, mereka memberi kesan yang mendalam. Sebutlah Asri Welas, Awwe, Adjis
Doaibu, Gita Bhebita, Dodit Mulyanto, dan lain-lain yang namanya saya tidak
hapal, tapi mukanya saya kenal. Termasuk pula cameo yang muncul hanya sekali seperti Hifdzi
hingga Kaesang Pangarep yang kehadirannya tak terduga dan bikin pecah. Semuanya
memberi kesan tersendiri dan akan diingat dalam waktu yang lama. Jika kamu
belum nonton, cobalah fokus pada baju sponsor yang dipakai oleh karyawan toko dan poster-poster
yang menempel di dinding. Ngaco semua, parah nan epic. *lol*
Sedikit kesan berbau kritik dari saya untuk CTS, di beberapa
bagian, komedi-nya kurang “effortless”. Mungkin karena sebagian besar yang
terlibat adalah komika, jadi kelucuan masing-masing figur terasa seperti
konsep dan kurang mengalir. Saking kuatnya drama dalam film ini, saya
sebenarnya yakin kalau dibuat full drama tanpa embel-embel komedi pun film ini
akan bagus, even better! Peran Gisela Anastsia sebagai pacar dari Erwin (yang saya lupa
siapa namanya) juga menurut saya kurang memberikan kesan. Apa karena karakter
yang dimainkan memang tidak kuat, atau memang Gisel gagal dalam
menginterpretasikannya, saya juga kurang mengerti. Saya juga menyayangkan adanya adegan yang "drama banget" sehingga terkesan "sinetron banget", yaitu pada saat Yohan sedang curhat di kuburan ibunya, lalu tiba-tiba koh Afuk masuk dalam frame dan terlihat sudah mendengar semuanya. Seandainya adegan membaiknya hubungan Yohan dan ayahnya tidak diselesaikan dengan cara demikian. Hmm. Dan satu lagi, menurut saya
pribadi dan to be honest, CTS masih jauh jika dibandingkan dengan PK maupun 3
Idiots. Memang sama-sama lucu, bermakna dan menghibur, tapi topik yang diangkat
dan makna yang tersirat pada CTS tidak se"berat" kedua film tersebut.
Well, ini hanyalah review abal-abal nan sotoy, tidak ada kebenaran mutlak didalamnya karena hanya bersifat opini pribadi. Happy new year dan selamat menonton!
;)