A-Blog!

All about my special moments, stories, thoughts, or anything.

24/12/15

Coffternoon (Album Review)


Tentang yang Tak Dikata
Adalah sebuah ketidaksengajaan yang "mempertemukan" saya dengan karya dari Band ini. Berawal dari iseng nonton tv lokal (PONTV), saat itu sedang diputarkan video clip yang isinya potongan-potongan adegan teater, sangat eye-catching, bikin saya jadi menghayati alur cerita beserta lirik-lirik dalam lagunya. Entah kenapa, rasanya langsung membekas di hati, so touchy :’)

Saking khusyuknya penghayatan saya, sampai-sampai lupa itu tadi lagu apa dan siapa yang menyanyikan. “Tutup telinga amira... Mendengarlah dengan dada...” Cuma itu yang terngiang-ngiang di otak & telinga saya. Saat-saat seperti inilah kita harus menysukuri keberadaan Google dan Youtube. Singkat cerita, barulah saya paham, lagu barusan itu berjudul Amira, dinyanyikan oleh Coffternoon, indie band asal Pontianak, sungguh tak menyangka :’)

Sejak saat itu, rasanya sungguh jatuh hati dengan “Amira”, liriknya, musiknya, band-nya. Bikin pengen tau dan pengen dengar lebih banyak. Album! Ya, langsung pengen punya album-nya. Ternyata cukup dengan “Amira” sudah bikin saya yakin dengan isi keseluruhan albumnya. Tapi sayang sekali, ternyata albumnya belum selesai digarap

Tak perlu menunggu lama, beberapa bulan yang lalu akhirnya CD album Coffternoon rilis. Dan tak perlu waktu yang lebih lama lagi, akhirnya CD album bertajuk “Tentang yang Tak Dikata” itu mendarat sempurna di tangan saya. Diantar langsung oleh vokalisnya lagi :’D

Sebuah hasil karya bertandatangankan sang creator itu, priceless
Daftar Lagu:
01.   Sepanjang Hari
02.   Terpesona Bunga
03.   Tuhan Maha Romantis
04.   Gadis Pas-Pasan
05.   Perempuan Hati Peluru
06.   Romansa Manusia
07.   Halte Usang dan Seorang Bujang
08.   Lapar Mata
09.   Amira
10.   Sepucuk Rindu di Pucuk Waktu
11.   I’ll Stand By You

Price : IDR 50.000 (CD Only)
           IDR 75.000 (CD + Book)
For further info --- Twitter, Instagram: @coffternoon

Nah... yang menarik di album ini justru kehadiran buku ini. Buku yang berisi lirik lagu, ilustrasi (by @matapensil), serta cerita di balik setiap lagu. Jadi tanggung sekali kalau cuma punya CD-nya :D

Lagu-lagu dalam album ini dikisahkan berkaitan dalam bukunya, seperti bab-bab dalam novel. Saya pribadi suka sekali dengan kalimat demi kalimat di dalamnya, kalau kata LAS!, bikin "mabuk sastra". Menyenangkan sekali. Ending buku ditutup dengan naskah drama Amira, drama yang potongannya pernah saya lihat di TV waktu itu. Setelah menamatkan buku, barulah saya mendengarkan lagu-lagunya, alhasil makna lagunya semakin terasa... 

Kurang paham mengenai segmentasi genre musik, yang pasti lagu dalam album ini sangat easy-listening. 11 lagu dalam album ini dibawakan secara akustik, memiliki lirik yang puitis nan romantis, suara dan musik yang merdu nan padu, ditambah lagi alunan biola yang bikin semakin syahdu. Meski syahdu, lagu-lagu Coffternoon ini jauh dari menye-menye, justru cenderung asik, tapi menghanyutkan. Wanita mana yang tak terbang hatinya kalau dinyanyiin lagu-lagu mereka ini #lol. Semua lagunya asik, tapi Amira tetap jadi favorit dan dapat ruang tersendiri. Entahlah kenapa, padahal bukan pengalaman pribadi :’D

Adalah pantas untuk mengoleksi album ini, mereka seringkali menemani pagi dan sore saya yang tenang tapi gamang :’D Sukses buat karir Coffternoon, senang bisa bertemu dengan karya kalian. Beberapa kesalahan seperti typo dan salah cantumin judul di lirik lagu, mungkin bisa segera direvisi yes, Bro Bro.

Hanya saja ada pertanyaan di otak saya yang masih belum ketemu jawabannya, maklum, saya terhitung pendengar baru, hihi. (#malubertanya)
*Dimana saya bisa menonton rekaman full drama teater Amira, karena sudah ubek-ubek Youtube ternyata tidak ada :') Penasaran sekali
*Mengapa lagu I’ll Stand By You dan Sepucuk Rindu di Pucuk Waktu tidak tercantum dalam buku, baik lirik maupun kisahnya?
*Apakah ini bukan album pertama Coffternoon? Karena waktu saya nonton live, Coffternoon membawakan lagu “Kau Disana” dan lagu tersebut tidak ada dalam album Tentang yang Tak Dikata.

Sekian.

PS: Beberapa hari yang lalu, Coffternoon mengisi acara ulang tahun ex-fakultas saya. Wow. akhirnya saya bisa nonton live! Sangat berkesan. Inilah yang memunculkan kembali niat lama yang hampir tenggelam untuk me-review album Coffternoon disini :D

Dan terimakasih.

27/11/15

Rasanya Gaji Pertama

Cita-cita terdekat saya adalah bekerja sebelum wisuda, jadi nggak sempet dapat gelar tambahan “pengangguran” hehehe...

cuma buat ilustrasi doang biar nggak sepi ... (sumber)
Demi menggapai cita-cita tersebut, sebulanan sebelum wisuda saya mulai masukin lamaran ke beberapa tempat. Modal nekat, ngelamar kerja tanpa ijazah dan transkrip nilai, cuma pake surat keterangan lulus doang. Seminggu nggak ada kabar, rada hampir pasrah, sampai akhirnya ada satu hari dimana saya dapat panggilan interview dari tiga tempat berbeda. Singkat cerita, saya hanya datang di dua interview, sementara satu lainnya tidak bisa saya penuhi karena kendala waktu yang bentrok. Gaya lu, tong.

Pengalaman Job Interview Pertama
Jadi, inilah pengalaman job interview pertama saya. Persiapan mulai dari penampilan rapi, cara menjawab pertanyaan klise, sampai persiapan bangsi waktu biar on time tiba di tempat aja dipikirin banget. Biar dikira orang yang disiplin. Eh, taunya kita yang on time, calon atasannya yang kagak. Waktu mau mulai interview, rasanya sedikit grogi, tapi setelah masuk ke obrolan, rasanya biasa aja sih. Yang bingung itu kalau ditanya masalah “mau digaji berapa”, saya sudah siapin jawaban diplomatis kayak “saya akan memberikan kemampuan terbaik saya dalam pekerjaan ini, dengan demikian saya yakin bahwa perusahan Ibu/Bapak dapat memberikan gaji yang pantas bagi saya” (dapet dari internet), sampai jawaban to the point kayak “satu milyar rupiah”. Untungnya, interviewer saya waktu itu langsung “nembak” aja nggak pake nanya-nanya, berhubung yang ditawarkan juga melebihi ekspektasi saya, yah apa mau dikata, saya mah gak bisa nolak jadinya =)) Setelah semuanya deal, ternyata saya langsung disuruh masuk keesokan harinya. Agak kaget juga, tapi ikan sepat ikan gabus, makin cepat makin bagus =))

Lalu, gimana dengan interview satunya lagi? Saya datang interview, bingung banget saat itu, antara sudah terlanjur deal dengan yang sebelumnya dan kayaknya tempat yang ini enak deh... Tapi, pada akhirnya saya menetapkan hati pada tempat pertama. Gaya lu lagi, tong.

Pengalaman Hari Pertama Kerja
Malam sebelumnya, saya hampir nggak bisa tidur =)) Mikirin ini itu, takut belum siap, takut lingkungan kerja nggak enak, takut nggak betah, tapi sambil rada-rada nggak nyangka, oemjihh rasanya baru aja lulus SD, taunya sekarang udah masuk fase kerja aja. *kemudian ngerasa tua*

Berhubung anak baru, pagi itu saya on time bangeeet, saya nunggu 10 menit lamanya sampai yang lain datang. Syukurlah, dapat rekan yang berasal dari kampus yang sama =)) Jurusan saya mah, kalau nggak dari kampus ini, ya kampus itu. Jadi kemana-mana juga bakalan nemu orang yang itu-itu aja. Bahkan, saya baru nyadar saat interview kalau penanggung jawab tempat kerja saya itu ya dosen saya =))

Hari pertama kerja, so far so good lah. Walaupun masih bingung dan gagap sana sini, lama-lama juga biasa, ini cuma masalah waktu. Semenjak kerja, saya yang sebenarnya tipikal orang yang males banget (dot com) basa-basi, mau nggak mau jadi orang yang basi banget supaya bisa diterima lingkungan -,- Usaha banget buat nahan-nahan main handphone biar bisa fokus kalau diajak ngobrol, padahal ada wifi kenceng banget L  Lucu aja sih, gara-gara maksa gini kadang jadi capek sendiri. Entahlah, kadang bukan kerjanya yang bikin capek, tapi basi-basiannya =))

Buanyakkk buangettt sih hikmah yang bisa diambil dari pengalaman ini, saya jadi lebih menghargai uang dan waktu, jadi tau kenyataan di lapangan yang beda banget dengan teori di kelas, jadi bisa mendalami ilmu, dan jadi lebih “sosial” =)) Karena kerjaannya ngelayanin orang, saya belajar jadi orang yang penuh perhatian dan ramah =)) Rasanya senang juga sih saat oranglain merasa terbantu dengan informasi yang kita kasih. Oiya, saya juga jadi lebih rajin “belajar”. Karena resiko banget kalau ngasih informasi yang salah, saya jadi sering searching dan nanya sana-sini. Memang awalnya sulit banget membiasakan diri dengan kegiatan baru ini, tapi lama-kelamaan jadi terbiasa dan waktu makin nggak berasa berlalunya, tiba-tiba senin, ntar tiba-tiba minggu lagi.

Gara-gara kerja, urusan wisuda jadi keteteran. Saya daftar di last minute banget, di saat yang lain sudah terdaftar jadi wisudawan-wisudawati, lah saya masih kesana-kemari ngurus ini itu. Saking nggak enaknya sama atasan, bahkan di hari wisuda saya nggak izin buat nggak masuk kerja, sepulang wisuda sorenya saya langsung masuk kerja L Walhasil, sepanjang hari yang rempong itu, saya baru makan pas pulang kerja, sekitar jam 9 malem L L L

Dua hari setelah wisuda, genap sebulan saya bekerja. Artinya??? Gajiaaaann! =)))

Gaji Pertama

Rasanya megang gaji pertama.... Saya mendadak emosional bin sentimen, serius nih nggak pake lebay. Gatau dah napa, walau nggak seberapa tapi seneng aja gitu.

And my very first salary fresh from the envelope goes to........”JAZZ IN TOWN WITH KUNTO AJI” tickets =)) Pas banget itu acara, pas di hari gajian saya. Dan sama sekali nggak nyesel sih menghabiskan sekian rupiah untuk acara itu. Will write about that event at a special post a.s.a.p =))

Selain buat senang-senang, saya juga sok-sokan traktir keluarga buat makan bareng. Walaupun itu hanyalah segelintirrrrrrr dari apa yang telah mereka berikan kepada saya. Rasanya biar afdol aja nggak ada yang ngeganjal. Dan walaupuuuun ujung-ujungnya saya masih minta duit juga =’)

Sekarang sudah hampir dua bulan saya kerja, dan gaji pertama saya itu entah menjelma jadi apa nggak keliatan wujudnya. Artinya di bulan-bulan berikutnya masih harus belajar tentang manajemen keuangan =))


Well, itulah pengalaman serba pertama saya di dunia kerja. Pengalaman ini adalah bekal bagi saya, mengingat tahun depan saya berencana melanjutkan kuliah setahuuuun lagi. Yang tadinya ogah-ogahan, tapi kini udah mantep melihat kenyataan miris di lapangan. Saya ingin coba membantu mewujudkan layanan kesehatan yang ideal di Indonesia. Aaamiiiinn....

PS.
Kadang saya ngerasa hidup saya ini terlalu lurus, kuliah-skripsi-kerja. Whats next? Travelling maybe? =)

26/11/15

Akhirnya WISUDA!

Assalamu'alaikum blog sayaaahhh (x_x)

Bentar... Ambil kemoceng dulu.
Debu, laler, sarang spiderman, lumut, jamur sampe panu ngumpul jadi satu disini.

Wazzap yooow!

Nggak terasa (atau terasa banget??), kurang dari 35 hari lagi kita bakalan mengakhiri tahun penuh suka-duka 2015 ini dan menyongsong tahun yang baru. Gilelu ndrooo? 2016, are you ready??!

Apa kabar resolusi 2015? Udah sampe mana? =)) Do you even still remember about it? =)))))
Kalau punya resolusi ala kadarnya saya mah, disini

Alhamdulillah, garis besar sudah terpenuhi.
29 Oktober 2015 yang lalu, saya secara resmi sudah mendapatkan gelar akademik di belakang nama saya J

Rasanya wisuda ituuuu...... biasa aja.
BO’ONG DEHHH. Rasanya waryasakkk, campur aduk banget. Saya ceritain dari awal ya, pada mau baca nggak? Mau ya? Ya? Ya? Oke.

H-1 Wisuda diisi dengan kegiatan gladi bersih sampai sore dilanjutkan dengan bikin selempang “nyeleneh” ala kadarnya yang idenya baru tercetus sehari sebelumnya. Memang teman-teman saya luarbiasak. Dilanjutkan lagi dengan rapat bersama panitia acara perpisahan kampus yang baru dibentuk H-1. Memang kampus saya juga luarbiasak. Iya, soalnya dari awal emang terancam nggak pake acara perpisahan kampus karena adanya miskomunikasi dengan pihak BEM. Tapi toh bisa juga terlaksana,walau yang megang bukan anak BEM, semua cuma butuh NIAT. Anak HMJ mah, profesionalitasnya tak diragukan lagi. (Nyindir anak BEM, biarin). Ujug-ujug, kegiatan sampai magrib baru kelar. Ditambah lagi malamnya masih kesana kemari nyari sepatu wedges (x_x). Malam itu bisa tidur dengan nyenyak, yaiyalahhh udah teler banget coi.

Hari H Wisuda. Habis subuhan, sudah langsung ke salon buat dempul. Padahal acaranya jam 7. Amboi, ribet yee cewe. Sampai salon masih harus ngantri pula. Amboooi, ada yang lebih awal dari saya, jangan-jangan dia stay dari jam 1 malam. Kelar didempul pakai bedak 5 cm, langsung menuju venue wisuda, sambil panik sepanjang perjalanan karena hampir telat, mana macet bangeett.

Hasil dempul jam 5 pagi
Acara pun dimulai...
Wisudawan-wisudawati masuk ke ruangan wisuda diiringi lagu “Padamu Negri”, asem, merinding. Berasa nggak pantes. Cukup lama juga ternyata untuk sampai di acara wisuda (pemindahan kucir toga). Saya sempet dadah-dadahan sama orangtua yang lagi nungguin di kursi atas. Sempet selfie sana-sini, bahkan, ada yang tidur =)) Kampus saya yang notabene fakultas terbaru, dapat giliran terakhir untuk diwisuda. Kebayang dong ah... dari sekian ribu wisudawan-wisudawati, kita paling bontot. Sampailah giliran kita, asli, cuma mau mindahin toga doang lho ini, begegarnya minta ampun! Grogi bangettt. 

Padahal, prosesinya cuma: disebutkan nama lengkap à maju ke hadapan Rektor kampus à nunduk dikit à pindahin toga dari kiri ke kanan à salaman à geser ke Dekan fakultas à ambil map à salaman à kelar dehhh. Prosesi itu cuma semenit doang paling. Sialnya, wedges saya talinya kebuka dikit waktu naik tangga menuju rektor. Shttt. Syukurlah, Cuma ngesot-ngesot dikit dan tetap senyum. Prosesi paling mendebarkan abad ini pun akhirnya kelar juga =)) Wisuda diiringi hujan deras diluar sana, eh plus mati lampu juga beberapa saat. Kacau dahh =))

Acara wisuda dan teman-temannya kelar sekitar jam 12 siang, dilanjutkan acara perpisahan kampus jam 2 nya. Sejujurnya, kita nggak punya ekspektasi yang tinggi buat acara ini, yah, kita ngertilah dengan segala keterbatasan yang ada. Dan ternyataaaa.... Acara ini pun sukses bikin baper! Simple but touchy deeply :’) Sedih banget waktu sesi ungkapan terimakasih ke orangtua dengan setangkai mawar, I couldn’t handle my tears. Tumpeh kemane-mane dah... And my dad hugged me for the first time!! :’)))

Suasana perpisahannya juga berasa banget. Sedih banget waktu sadar ternyata udah 4 tahun lamanya kuliah disini, bertemu dengan orang-orang yang sama, dosen, teman-teman, kantin, praktikum, laporan, aahh... Gonna miss every single thing about this college (except the exams).

Sebentar lagi kita bakalan pisah dan nerusin jalan hidup masing-masing. Walau rata-rata pada mau kuliah lagi, tapi pada mencar-mencar gitu. Nggak tau kapan bisa kumpul bareng lagi. Terlalu banyaaakkk momen yang udah kita laluin bareng ya guys, pokoknya YOU’RE IRREPLACABLE IN MY HEART lah kecuppp atu atu. This is it. A phase that I hate the most in life : Farewell. 
Pose dengan selempang "kode kerasss" :))
Alhamdulillah, walau sempat mengundur beberapa kali, akhirnya saya bisa menyelesaikan kuliah (yang saya akuin, berat bangeettt) dalam waktu 4 tahun. Satu kewajiban terhadap orang tua selesai sudah...

Buat teman-temanku, mahasiswa tingkat akhir di luar sana yang sedang berjuang, tetap semangat ya. Jujur aja, skripsi adalah titik paling stress dalam hidup saya sejauh ini. Intinya, jangan cepat menyerah pada keadaan, kalau merasa segala hal tidak berjalan sesuai rencana, mungkin usaha kita kurang gigih, doa kita kurang sering... Wisuda bukan hanya tentang diri sendiri, tapi ini kewajiban kita kepada orangtua, yang sudah jadi sponsor utama dalam hidup kita selama ini.

Tapi sebenarnya yang terpenting adalah: setelah sarjana, lalu apa? J


12/09/15

Skripsi Journey

SKRIPSI, sebuah momok bagi mahasiswa semester 6 hingga semester tak terbatas. Tak kenal tempat, tak kenal waktu, adaaa aja hal-hal yang mengingatkan kita tentang skripsi. Makin banyak jumlah semester, tingkat sensitivitas kalau ditanyain tentang skripsi pun semakin tinggi. Tidur tak nyenyak, makan tak enak. Selalu kepikiran deadline. Skripsi itu udah kayak teror di hari-hari kita, menyita perhatian, perasaan, dan pikiran. Kalau mengeluh tentang skripsi, gak bakal ada habisnya. Buka sosial media, dari jaman belum jadi mahasiswa sampe sekarang nyaris jadi alumni, tema skripsi masih jadi trending topic dikalangan mahasiswa akhir, pokoknya udah dikupas tuntas, dikuliti, sampe disumpah serapah. Dulu ngiranya mereka lebay aja, tapi setelah ngalamin sendiri, those all are feel so DAMNNN right.

Mari kuceritakan kisah skripsi-ku. Aku mengambil skripsi pada semester 7 (sekitar September 2014) dan saat itu I really had no idea mau skripsian bidang apa dan judul apa. Setelah ngadu dengan dosen PA kalau nggak berani ambil skripsi karena nggak punya ide, pada akhirnya merasa nekat untuk masukin skripsi bernilai 6 SKS ini dengan pertimbangan : kalau nggak sekarang, kapan lagi? Dan aku dari dulu meyakini 'the power of kepepet', kita bakalan bisa melakukan sesuatu yang kita kira kita nggak mampu. Sejak saat itu, skripsi jadi bisa mengguncang hubungan pertemanan karena kita jadi bersikap agak individualis atau "bersolo karier". Udah nggak ada lagi yang namanya tunggu-tungguan, pokoknya ini untukku skripsiku, untukmu skripsimu, and we have our own responsibility to it. Tapi tetap kita harus support saling satu sama lain...

Oktober 2014. Masih banyak bidang-bidang yang mau dipilih, masih terlalu luas. Berkali-kali pindah minat, gonta ganti teman untuk 1 tim tema yang sama, pokoknya masih abu-abu banget.

November 2014. Udah ada tiga teman yang jadi orang-orang pertama dari angkatan 2011 yang mecahin telor seminar proposal. Sementara aku baru nemu tema dan teman satu tim yang Insya Allah fix, dan kami udah menghadap dosen pembimbing 1 dan siap mengajukan judul.

Desember 2014. Akhirnya aku udah punya judul yang fix yang sudah di acc. Pengumuan acc skripsi sekaligus pengumuman dosen pembimbing 2 serta dosen-dosen penguji. Aku yang sebelumnya udah pernah nonton sidang kakak-kakak tingkat sedikit banyak jadi tau karakter dosen-dosen pengujiku. Bikin deg-degan banget dan sejak hari itu ada rasa yang tak biasa ketika nggak sengaja ketemu atau ngeliat mereka dari kejauhan :') Target untuk maju seminar proposal di bulan Januari. Namun, apadaya...

Januari 2015. Harusnya bisa maju, tapi aku dan tim merasa belum siap dan terlalu mepet. Dan sudah semakin banyak teman-teman yang udah maju seminar.

Februari 2015. Aku maju seminar proposal pada hari Rabu, 25/2/2015. Rasanya tuuuhh...... cerita lengkap disini --> (klik).

Maret 2015. Sempat terlena gara-gara udah seminar, seminggu full nggak ngapa-ngapain dan baru mulai revisian di minggu kedua, padahal waktu revisi cuma 2 minggu. Hadehhh. Pokoknya bulan maret masih ngurusin revisi dan ngumpulin berkas, survei-survei alat, tetek bengek administrasi buat memulai penelitian.

April-Mei 2015. Langkah pertama penelitian pun dimulai : destilasi. Yang ternyata butuh waktu sebulan lebih. Hampir setiap hari (Senin-Jumat) bahkan tanggal merah kita harus nungguin destilasi dari jam 7 pagi sampe sore banget jelang magrib demi ngejar target. Bagian ini menguras uang, waktu dan juga tenaga karena teknisnya berat banget. Mulai dari ngumpulin sampel sampai pengoperasian alat. Mana numpang lagi di fakultas lain... Kendala di tahapan ini tuh udah nggak bisa dijabarin satu per satu deh, ada aja gitu. Tapi Alhamdulillah semua bisa teratasi dan terlewati. Makanya, di hari terakhir destilasi rasanya tu plong banget.

Juni 2015. The real problem was coming. Sebelumnya destilasi itu cuma tahap awal dan belum masuk ke inti penelitian. Bulan Juni ini seharusnya kami masuk ke inti. Namun ternyata banyak kendala-kendala hingga akhirnya hasil dengan musyawarah bersama pembimbing dan atas dasar banyak pertimbangan, penelitian aku dan tim nggak bisa dilakukan di kampus sendiri, bukan ke kampus lain tapi harus di tempat lain, kota lain, provinsi lain : Balai Litbang Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan! Jeng jengggg.... I have to write a special chapter for this one deh kapan-kapan. Intinya, rencana penelitian disana hanya seminggu, namun dengan kendala yang ada akhirnya harus stay selama 3 minggu (bulan Ramadhan pula!) dengan hasil yang kurang memuaskan karena harus ada bagian yang terpaksa di cut. 12 Juni - 5 Juli 2015, such a great journey and experience I won't ever forget :'))))

Juli 2015. Antara masih terlena gara-gara baru selesai penelitian dan ngejar target sekaligus mau lebaran. Break lebaran 1 minggu sama sekali nggak mikirin skripsi. Setelah itu baru bisa fokus (alias dibisa-bisain) buat kejar target maju sidang di bulan Agustus. Kesempatan terakhir di semester 8, kalau nggak harus bayar daftar ulang lagi dan masuk ke semeter 9. Ini baru yang namanya "the power of kepepet". Pembahasan masih acakadut, ada surat yang belum jadi dari LIPI Bogor sana, dan hal-hal lain yang bikin bimbang untuk maju, tapi akhirnya nekat juga buat daftar sidang. Ada jeda selama seminggu dari hari daftar ke hari sidang, seminggu ini kuisi dengan bolak-balik konsul dengan dosbing sambil terus-terusan meyakinkan diri sendiri.

Agustus 2015. Apapun yang terjadi, terjadilah... 12 Agustus 2015, jadwal sidang akhir ku, lagi-lagi hari Rabu. Ironisnya, hari itu bersamaan dengan hari wisuda :') Malahan sebelum sidang, aku masih sempat datang ke wisudaan teman-teman yang telah mendahuluiku :') Perasaan nervous tak selebay waktu proposal dulu, ntah karena udah siap atau udah pasrah, hehehe. Tapi seperti biasa, tetap nggak bisa makan sampai sidang kelar. Sidang dimulai jam 13.00 lewat-lewat dikit. Sidang berlangsung kurang lebih 2 jam. Selalu kutanamkan dalam otak ini, mereka (dosen-dosen dihadapanku) boleh jadi lebih pintar dan lebih segala-galanya, tapi di skripsi ini, akulah yang paling mengerti because I am the author. Penguji itu fungsinya untuk menguji sejauh mana kita memahami penelitian kita dan meluruskan yang perlu diluruskan. Kalau kata dosbing-ku, semua ini kamu yang ngerjakan, kamu yang tau, bukan mereka. Jadi yaaa PD aja lagiiii... Dosen-dosen di hadapanku itu memang orang-orang yang kompeten di bidangnya, teliti bangeeett. Banyak banget koreksiannya terlebih yang typo-typo-nya bikin malu aja (T_T). Kalau tentang isi penelitian Alhamdulillah bisa dipertanggungjawabkan, meskipun data yang ajaib itu sering jadi pertanyaan. 

Saatnya pembacaan hasil.... Walaupun rasanya sudah memberikan yang terbaik, tetap aja saat-saat itu bikin deg-degan, soalnya sekaligus pembacaan nilai. Tahan napas beberapa detik biar nggak salah dengar. Hasil dibacakan langsung oleh penguji pertama, Alhamdulillah lega banget waktu dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan. Langsung ter-rewind perjuangan dan pengorbanan di 10 bulan terakhir, yang menguras emosi, materi, pikiran, waktu, tenaga dan segalanya, dan sekarang, hari itu juga, telah selesai dipertanggungjawabkan. Alhamdulillah, segalanya terasa setimpal :)
Bersama dosen pembimbing dan penguji, pardon my sumringah face :')
support dari teman kecil ampe gede means a lot :')
(sebagian kecil) teman-teman seperjuangan 4 tahun barengan :')
Setelah sidang. Waktu yang diberikan untuk revisian yaitu 2 minggu, tapi seperti biasa aku terlalu terbuai di minggu pertama. Walaupun akhirnya bisa diselesaikan dalam 2 minggu, tapi tetek bengek seperti penjilidan, publikasi dan sebagainya masih belum terselesaikan sampai sekarang :')

Buat teman-teman semuanya, siapapun yang lagi skripsian, tetap semangat dan jangan putus asa!!! Ini hanyalah salah satu fase dalam hidup, pasti bakalan lewat kok. Ujian nasional, ujian masuk PT, uts, uas dan ujian-ujian lainnya aja kita udah lewatin tanpa terasa, padahal dulunya khawatir banget. Nah gitu juga dengan ujian skripsi :)))

Well, gak sabar buat wisudaan bulan Oktober nanti, yeay!!!

14/07/15

Empat Bulan

Saya masih hidup, teman-teman, percayalah! *ngomong sama buntut cicak*

Sudah 4 bulan saya nggak ngetik-ngetik cantik disini. Berarti udah masuk trimester kedua ya

Sekarang kerjaan saya tuh ngetik-ngetik cantik-nya di microsoft word dong yah. Terus diprint. Terus dicoret-coret deh. Yah, dengan kata lain, SKRIPSIAN. Jadi pengen nyanyi...

Revisi...revisi...revisi.... Revisi sampai matiiii 
*maap pak, itu reformasi keleuz*

Jadi, sejak seminar proposal bulan Februari sampai sekarang, skripsinya belom kelar juga??!!! Yah, gitu deh. Ternyata perjuangan menyelesaikan skripsi benar-benar nggak semulus paha member JKT48.

Mau tau nggak, apa yang terjadi selama 4 bulan ini? Mau? Mau ya? Mau dong ah... Pleaseee *apasih ah*

Banyak bangeeeet, mulai dari nonton Stand Up Special RULE OF THREE-nya David, Abdur, Dzawin, terus nonton konser SHEILA ON 7, sampai perjalanan saya menuju ujung KALIMANTAN SELATAN (dikit lagi Kaltim) via jalan darat lebih dari 36 jam dalam rangka penelitian SKRIPSI!!!

Keren, Kan??? Keren dong. Please, bilang keren gitu.

Duhhhh jadi nggak sabar pengen ceritain satu per satu. Tapi ntar dulu deh, saya mau bikin pembahasan skripsi dulu, kalau sering salah fokus gini kapan anakmu ini bisa wisuda Mak.

And... by the way, target wisuda saya mundur lagi deh. Yang tadinya akhir juli, jadi bulan November. *jauh amat brooo*

Tapi, target sidang akhir di bulan Agustus bro. HARUS SUDAH SARJANA. Oke? Oke Bro...

17/03/15

SUN 7 : WIN7ER (Abdur dan Bintang Timur)

Udah lama rasanya nggak ngomongin Stand Up Comedy, terakhir itu waktu nonton PARTY LAUGH. Iya, emang udah jarang nonton beginian. Rasanya event-nya juga semakin jarang. Sekalinya ada, guest star-nya nggak sesuai selera, jadinya kan MLZ...

Hingga akhirnya, tanggal 24 Januari kemarin, komunitas @StandUpPTK ngadain event rutin SUN (Stand Up Nite) yang ke -7 bertajuk “WIN7ER” (bacanya winter, bukan winjer), dengan guest star Abdur Arsyad dan Bintan Timur. Waini.... paporit semua.

Kebetulan tanggal segitu adalah hari dimana saya ujian PKL sekaligus penutupan rentetan ujian semester ini yang begitu melelahkan, jadi timing-nya passsss banget. Ujian PKL yang cukup bikin ketar-ketir karena sistem-nya yang seperti ujian skripsi, ujian lisan di hadapan dua dosen penguji.

Sisa-sisa semangat setelah ujian PKL

Sorenya langsung terbang ke venue untuk penukaran tiket, YANG KATANYA, siapa yang nukar tiket lebih cepat, bisa pilih tempat duduk kayak di bioskop. Jadi, walau badai menghadang saat itu, saya dan seorang teman rela basah-basahan demi kursi yang dijanjikan itu (udah kayak caleg). Yah, maklumlah saya sebagai pemegang tiket kelas 2 juga pengen punya view yang setidaknya mendekati kelas 1. Wow, kami ternyata adalah penukar tiket pertama. TAPI NYATANYA, admin yang kemarin bilang sistem bioskop itu ternyata salah info, nggak ada sistem kayak gitu. Tetap aja sistemnya sistem rebutan kayak yang udah-udah. Bang, kamu bikin adek kecewa, bang... Celupin aku ke sisa kuah soto lamongan, bang!

Sudahlah, tiada guna bermuram durja. Malam itu bertekad datang on time ke venue. Walaupun tekad sudah bulat, tetaaap aja ada hal yang menghambat. Di pertengahan jalan, saya balik lagi ke rumah gara-gara tiket teman sepertinya ketinggalan. Eh tapi ternyata di rumah nggak ada! Saya coba hubungi dua teman saya itu, nggak ada satupun yang respon. Mungkin lai di jalan. Yaudah saya nekad pergi. Sampai di venue, ternyataaa...saya emang nggak pernah dititipin tiket, jadi apa yang saya cari selama ini. Aduh, saya emang gitu, kadang suka kelewat cerdasnya.

Untungnya acara belum di mulai. Sebelum open gate, ada semacam surprise gitu dari anak-anak komunitas. Mereka tiba-tiba perform ala-ala boyband. Duh! Tapi saya lagi di toilet. Jadi cuma liat ujungnya aja. Hehehe.

Setelah kelar menukar kupon dengan popcorn dan minuman soda (padahal saya lagi diet), kita pun masuk dan dapat view yang nggak jelek-jelek amat lah. Wow, panggung-nya so winter sesuai dengan temanya. Ada salju dari gabus dan kapas yang di dekor sedemikian rupa jadi berasa di kutub utara. Padahal mah tetap gerah.

Penampakan stage dari kursi tiket kelas dua dan henpon 3 mp


Dan setelah mengamati pangung, saya baru ngeh kenapa tajuknya WIN7ER, tak lain tak bukan karena sponsor utama-nya WINMILX *sengaja typo*. Pantesan, kenapa maksa banget bikin kota khatulistiwa jadi ala ala winter.

Show dimulai dengan aksi anak-anak komunitas dalam parodi yang sangat kocak, pemanasan yang pecah dan mampu membawa suasana. Yang paling saya ingat sih parodi Coke Bottle Anezmo yang miriiiiip pake banget! Dilanjutkan dengan 5 line-up dan 4 battle dari komika lokal. Damn! Progress komika lokal-nya berasa banget! Dari SUN-2 yang merupakan event yang pertama saya tonton, dibandingkan dengan SUN-7 ini rasanya sudah banyak kemajuan. Masing-masing komika punya ciri-khas dan sedikittt sekali nge-bomb nya. Nggak kayak SUN-2 dulu yang kebanyakan bikin ngerasa “aduh ini kapan selesainyaaa, guest star mana guest starrr”. Kalau sekarang, they’re deserved the stage lah pokoknya. Nggak malu-maluin. Hanya saja, saya rasa terlalu banyak sih. Lebih baik kalau yang battle tidak perlu ada, kalaupun ada ya line-up nya cukup 2 atau 3 komika aja. Soalnya, sampai di line-up ke 5 itu udah klimaks banget ditutup sama Meme Daeng, satu-satunya komika srikandi yang gesrek abis-abisan. Penonton udah cukup ketawanya, dan ketika masuk battle jadi keburu cape ketawa dan ngerasa, yaelahhh jadi anti-klimaks iniiih.

Sekitar jam 10 malam lebih dikit, Bintang Timur alias Bintang BT muncul! Dari kursi penonton! Ya ampun Bintang, rambutnya gitu-gitu amat kalau diliat secara lansung. Bintang yang notabene jebolan juara 1 street comedy season 2 ini memulai perform dengan bit rokok dan ASI. Bit yang familiar ini langsung memecah tawa penonton. Dilanjutkan dengan bit-bit yang sangat khas Bintang BT, pendek-pendek dan punchline menumpuk dimana-mana, apalah itu istilahnya. Dan ternyata bit andalan sekaligus favorit saya tentang remote tv dibawain saat itu! Wahhh, saya kira itu bit udah kadaluwarsa. Senang sih bisa dengar secara langsung, dan pecah banget. Ternyata itu adalah bit penutup dari Bintang BT. Well done, mas Bintang, well done! Medium rare! *loh*

Lanjut, guest star kedua sekaligus penutup, Abdur mamasayangeee! Abdur luar biasa energik padahal udah masuk tengah malam. Nggak kebayang gimana bosannya dia nunggu selama itu. Tapi sepertinya dia juga menyimak jalannya acara. Dia memuji komik-komik lokal, terutama Meme Daeng, yang dia nggak ngerti ngomong apaan dari awal sampai akhir (karena bahasa upin-ipin full version), tapi katanya dia menilai dari pecahnya ketawa penonton. Dan juga dari persona Meme Daeng sebagai ibu-ibu rumpi tukan ngomel, begitu luwes dan penuh percaya diri. Jarang ada komika cewe’ yang se-luwes itu, kata Abdur. Lah, jadi bahas Meme Daeng.

Abdur jebolan juara 3 SUCI season 4, komika yang terkenal dengan materi satir bernuansa protes dengan bumbu politik, malam itu juga melemparkan bit-bit nuansa tersebut. Semua juga tau, Abdur pendukung nomer satu saat pilpres, dan saya salut dengan sikap sportifnya. Abdur sempat menyenggol masalah kebijakan kenaikan harga BBM. Menurutnya, tidak kenaikan harga BBM tidak perlu terjadi kalau alasannya karena subsidi BBM tidak tepat sasaran. Polisi di Indonesia ini banyak, tugaskan saja dua polisi di tiap SPBU untuk memantau dan memastikan bahwa yang membeli BBM subsidi adalah oran yang berhak. Hmm, bener juga ya. Padahal saya juga penguna BBM subsidi L Nggak tau deh termasuk golongan berhak atau bukan, tapi kan...saya anak kos L *curhat*

Selain membahas yang berat-berat seperti itu, Abdur juga melemparkan bit-bit ringan seperti berat badan saya (lah, berat dong). Diantaranya, bit bioskop di papua cuma ada 4 (kalau nggak salah ingat), bit konser Agnes Monica yang sahut-sahutan dengan suara adzan, sampai yang paling saya ingat, bit alasan masuk Universitas Muhammadyah Malang dan latihan lift. Ngakak sekaligus miris, karena katanya itu true story :p Salut deh sama kaka Abdur yang sekarang study-nya sudah sampe S2, mantep!! Saya juga setuju dengan stetmen Abdur yang bilang kalau saat ini kita hidup di jaman membingungkan, dimana benar/salah itu sudah tidak jelas lagi batasnya.  Kemudian dia melanjutkan dengan bit lampu merah, dimana orang yang taat lampu merah malah di klaksonin orang lain dan dianggap bersalah.


Tiba di penghujung acara, ntah sudah jam berapa saat itu, tapi saya pulang dengan perasaan puas. Apalagi bisa took selfies with the guest starsss!
Bingung.. enyang mane enyang guest star??

bukan mbah dukun, abaikan jari bintang
Dan bonus foto sama kamil onte yang sekarang sudah tenar. Kasusnya sama seperti dulu di tahun 2013, doi yang minta foto.
Dapat popcorn berlebih karena pulang saat panitia mulai berkemas, iya, paling akhir.
P.S.
Ini seharusnya di post di bulan Januari. Semoga belum basi. #latepost.
Dan,....maaf.
Kali ini agak narsis.

12/03/15

Salah Jadwal

Kesalahan dalam melihat jadwal bisa menjadi pemicu atas masalah-masalah yang akan datang kemudian. Salah jadwal kendaraan, bikin kita terlambat sampai tempat tujuan, bahkan mengacaukan jadwal-jadwal selanjutnya. Salah jadwal piket kelas, bikin rugi karena mengerjakan kewajiban orang lain. Sampai salah jadwal Imsak, bikin kita harus bertindak bagaimanapun caranya untuk bertahan sampai maghrib, misalnya ngemil bakso sambil ngabuburit *lah!*

Ada suatu kejadian salah jadwal yang saya alami baru-baru ini, yang bikin KZL dan tengsin sekaligus, saya salah jadwal ujian!

Alkisah di suatu Jumat yang cerah, hari itu hari ke-empat ujian. Hari-hari sebelumnya jadwal ujian dimulai jam 15.00. Di kampus saya, semakin banyak jumlah semester anda, maka semakin sore lah jadwal ujian anda. Jadi hari itu saya sangat santai, bangun siang, nggak belajar karena kebetulan ujian hari itu bersifat open book. Bahkan saya baru mandi jam 13.00.

Tanpa firasat apapun, saya sempat mengganti Display Picture BBM dan chat sama seorang teman. Jam 14.00, saya berniat bergegas dengan gerakan slow motion karena mager-nya luar biasa. Tiba-tiba saya mendapati handphone dipenuhi BBM yang menanyakan saya dimana. WHAT? Kenapa nggak ujian. DOUBLE WHAT WHAT??

Oh my godness! Ternyata jadwal ujian hari itu jam 13.00. Beberapa teman menyarankan untuk menghadap dosen yang bersangkutan, yang kebetulan juga ketua panitia ujian. Nggak pake lama-lama lagi, saya pun langsung tancap gas ke kampus. Belum cukup penderitaan, sampai di kampus pun harus tahan di cengin teman-teman karena kejadian konyol ini. Sebelum bertemu dengan ibu dosen yang terkenal baik itu, saya berkonsultasi dulu dengan beberapa teman, apa yang harus saya katakan, jujur saja ataukah pake skenario mainstream : ban bocor di jalan raya yang tidak ada bengkel dan sekalinya nemu bengkel ternyata harus antre. Beberapa menyarankan opsi kedua, tapi lebih banyak yang memilih opsi kedua. Sebenarnya, dengan tampang saya yang polos ini, dosen bisa percaya-percaya aja dengan alasan saya. Sudah pernah terbukti soalnya, hehehe. Tapi akhirnya saya memutuskan untuk jujur saja. Jujur tuh memang menyakitkan. *lho?*

Setelah ngumpulin nyali, saya pun masuk ke ruang dosen dan mendapati ruangan kosong kayak hati saya. Yaiyalahhh, ternyata sudah sore. Saya pun pulang dengan perasaan ketar ketir tak menentu. Saya punya pikiran terburuk, tidak bisa ikut ujian dan dapat nilai E. Dan untuk mengulang mata kuliah ini artinya harus menunggu di semester ganjil, artinya itu saat saya di semester 9. Mau lulus kapannn?

Akhirnya saya mengirimkan SMS ke ibu dosen yang intinya memohon maaf dan menanyakan bagaimana nasib saya. Tidak dibalas. Saya SMS lagi, dan di balas : "terlambat 15 menit saja tidak ada toleransi". DEG!. Ibu yang terkenal baik ini, balas sms saya seperti itu! Aihmatekkk. Nggak lama kemudian lanjutan sms tadi masuk, ternyata tadi belum selesai. "Senin temui saya untuk membicarakan hal ini". Ah, setidaknya masih ada yang bisa dibicarakan.

Singkat cerita, di hari Senin saya temui beliau. Walaupun harus merelakan diri ini kena omel, tapi pada akhirnya saya diperbolehkan ujian susulan saat itu juga di ruang dosen, dengan catatan : waktu ujian dikurangi 25 menit dan harus membuat makalah. Good. Jadi punya waktu 50 menit buat mengisi sekitar 8 soal kasus yang jawabannya panjang-panjang. Makasih, Bu. 

Ujian selesai dan beberapa minggu kemudian nilainya keluar. Emang baiknya Ibu dosen, ujian saya dapat 80. Ehehehehe.

Ternyata kisah ini belumlah selesai! Suatu hari saya mendapati nama saya masuk dalam 25 nama mahasiswa yang wajib menghadiri suatu pertemuan, tertanda panitia ujian. Wah, sudah pasti ini gara-gara si salah jadwal kampret nih. Dan ternyata benar, pertemuan itu untuk para "pelanggar" ujian. Salah jadwal dimasukkin kategori pelanggaran? Yang bener aje? Jenis-jenis pelanggaran yang terjadi itu ada mencontek, tidak membawa kelengkapan ujian, dan salah jadwal. Sampai di poin salah jadwal, apesnya hanya di poin ini yang pelakunya diminta untuk angkat tangan dan memberikan penjelasan. Double apesnya, pelaku salah jadwal yang hadir di pertemuan cuma saya seorang. Kampret kalian. Hasil dari pertemuan itu intinya saya mendapatkan SP atas perbuatan saya itu. SP. Surat Peringatan. Apa-apaan ini! 

Belum berhenti sampai SP, keesokan harinya nama-nama dan jenis pelanggaran saat ujian dipajang di mading informasi. Terimakasih banyak lho, bapak dan ibu. Jera saya.

Oleh karena itu, teman-teman pembaca semuanya, hendaklah kalian lebih teliti dalam melihat jadwal, jika tidak ingin keapesan-keapesan berikutnya datang menghampiri anda.

Uhlalaa~
Semester akhir saya pun diwarnai dengan kisah salah jadwal ujian yang berujung pada SP.


Only The Beginning

Setelah sebulan lebih tidak menyapa, kini saya hadir dengan status baru : Sudah seminar proposal skripsi. Tapi masih jombloh. *UHUK KODE KERAS*

Ya, jadi itulah mengapa saya agak kudis alias kurang disiplin buat ngisi blog (padahal mah dari dulu kudis). Sebulan terakhir ini disibukkan dengan persiapan diri buat seminar proposal skripsi, yang selama ini kalau dengar kalimatnya itu berasa nonton maraton sekuel Insidious pas jam 00.00 sendirian di rumah yang letaknya di tengah-tengah tanah pemakaman. Horror, bro.

Saking sebegitu horror-nya, saya sudah dua kali mengulur-ulur waktu buat daftar seminar. DUA KALI. Pengennya sih maju bulan Desember, terus mundur jadi Januari, dan akhirnya terealisasi di bulan Februari. *yeeeeee!*

That's why, valentine's day kemarin nggak bisa ngerayain soalnya terlalu sibuk persiapan buat seminar sih *YAKELEUS*

Pengajuan berkas untuk pendaftaran dimulai tanggal 16 Feb dan sampai batasnya di tanggal 18 Feb pun saya masih belum bisa melengkapi. Kendala disana-sini. Dengan jurus wajah memelas, akhirnya berkas-berkas bisa juga dilengkapi di tanggal 20-nya, walaupun sebagai imbasnya harus merelakan nama saya yang indah ini dilingkar-lingkarin di mading informasi karena berkas yang belum lengkap. It's ok wae maz.

Malam sebelum seminar, teman-teman team saya datang untuk menginap sambil simulasi seminar saya. Saya presentasi dan mereka menjadi dosen pembimbing dan penguji. Ya walaupun sulit menganggap mereka itu dosen yang bermartabat dan berwibawa, tapi simulasi itu sedikit banyak bisa memberikan gambaran pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul namun tidak tenggelam *ngomongin apa sih*.

Jam 00.00, harusnya tidur ya karena besoknya itu hari penting! Tapi yang terjadi malah "pillow talk" sampai jam 02.00, ......dan....temanya.....malam itu......tentang.....ta'aruf. Sungguh tema yang sangat relate dengan proposal skripsi saya.

Rabu, 20 Februari 2015. SHOW TIME!!!
Jadwal saya itu jam 14.30, tapi saya sudah duduk manis-asem-asin di kampus sekitar jam 11.00. Ada untungnya juga datang (terlalu) awal, karena siang itu ternyata hujan deras. Perasaan menjelang detik-detik seminar proposal itu : nungguin satu jam berasa seminggu, jadi lebih banyak diam dan nggak masuk ke obrolan sekitar, jadi lebih religius, tiba-tiba nggak berasa lapar, dan ingin muntah. Sounds lebay but it was how I feel. Bukan tanpa alasan, seminar proposal inilah awal yang menentukan nasib skripsi selanjutnya. Tadinya berpikir bahwa dosen nggak bakalan tega buat nggak lolosin proposal, eh tapi ternyata ada juga yang benar-benar nggak lolos. Makanya jadi cemas abeeiss.

14.30 lewat-lewat dikit. Ah, akhirnya. Satu hal yang membuat cemas di awal adalah takut salah nyebut nama dan gelar dosen yang berbeda-beda namun tetap satu jua itu. Tapi ternyata kecemasan saya nggak terjadi. Justru terjadi hal lain yang tak dicemaskan sebelumnya, slide-nya macet saat presentasi! Wogh!! Untunglah tak berlangsung lama. Seperti para leluhur bilang, ternyata rasa gugup cuma sampai bagian presentasi di saat awal, selebihnya rileeeks kayak di Maldives.

Setelah 10 menit presentasi, lanjut ke sesi pertanyaan oleh dua pembimbing dan dua penguji. Waini. Part ini juga terasa rileks, menjawab apa yang saya tau, dan tau-tauin apa yang saya jawab alias sotoy huehehe. Kembali gugup saat nggak bisa jawab, but it's okay, they won't eat you, selama itu tidak begitu crusial, palingan cuma disuruh lebih banyak baca lagi.

Sooo, 1 jam telah berlalu dan saatnya.......decision! jeng jeng jeng jeeeeng

Hasilnya, Alhamdulillah proposal diterima dan bisa melanjutkan skripsi, dengan syarat revisi maksimal dua minggu setelah seminar (11/3). *yeeeeee*

Tapi saya menyesal karena terlalu terlena selepas seminar, akhirnya lagi-lagi hampir aja nggak bisa selesaikan revisi tepat waktu.

Perasaan lega usai seminar sifatnya hanyalah sementara, seperti hidup ini. Karena akhirnya tersadar bahwa perjalanan meraih toga masih sungguhhh jauh dengan kendala disana dan disini. Jiwa, raga, materi, semua harus serba siap! Seminar proposal is only the beginning.

WISUDA BULAN JULI, AMIN! :*

10/01/15

Stand By Me Doraemon

Siapa tak kenal Doraemon, robot kucing berkantong ajaib yang datang dari masa depan. Dulu waktu jaman-jaman masih imut dan polos, tiap hari Minggu nggak pernah ketinggalan nonton serial Doraemon ini di RCTI jam 7.30 pagi. Semakin besar udah semakin jarang nonton, bukan karena nggak suka, tapi karena semakin.....sulit bangun pagi...emm.
Stand By Me Doraemon

Serial Doraemon yang setia selama puluhan tahun menceriakan Minggu pagi anak-anak ini pun akhirnya harus berakhir. Episode terakhir Doraemon difilmkan dengan judul "Stand By Me Doraemon (Tetaplah Bersamaku Doraemon)". Dari judulnya aja aku udah nangkep kalau film ini temanya perpisahan dan pastinya akan bersuasana sedih. Aku yang paling nggak tahan dengan tema perpisahan, sudah siap sedia dengan segumpal tissue sebelum nonton film ini.

Awal film menceritakan tentang pertemuan pertama kali antara Nobita dan Doraemon (yang selama ini kayaknya nggak pernah diceritain di serialnya). Nobita adalah anak yang pemalas, nilai-nilai ujian di sekolahnya selalu hancur, sering di-bully, dan terobsesi dengan Shizuka, teman ceweknya. Karena sifatnya ini, kehidupan Nobita di masa depan pun menyedihkan, dia terlibat hutang dan menyusahkan keluarga dan keturunannya. Maka dari itu, keturunan Nobita generasi keempat (namanya Soby) datang dari masa depan. Ia berniat mengubah nasib Nobita di masa kini agar dirinya tidak kesulitan di masa depan. Soby membawa serta Doraemon yang ditugaskan untuk membantu Nobita. Doraemon diprogram untuk tidak dapat kembali ke masa depan lagi sebelum berhasil membuat Nobita bahagia. Program diaktifkan dengan menekan hidung Doraemon (barutau, ternyata itu fungsi hidungnya). 

Meskipun awalnya ogah-ogahan, Doraemon menemani dan membantu hari-hari Nobita dengan alat-alat ajaib yang dikeluarkan dari kantong ajaibnya. Mulai dari urusan sekolah, urusan perkelahian dengan Giant dan Suneo, sampai urusan Shizuka. Tapi karena keseringan dibantu, Nobita jadi "ngelunjak" dan pengen segalanya serba instan. Peristiwa yang jadi titik baliknya yaitu saat Nobita memaksa Doraemon untuk mengeluarkan alat yang dapat membuat Shizuka menyukainya. Tapi karena ada kesalahan, Shizuka justru tergila-gila sama Dekhisugi. Saat Shizuka menyatakan perasaannya kepada Dekhisugi, dia menjawab kira-kira begini "Aku juga menyukaimu, tapi aku tak ingin bergantung pada alat". Boom! Nobita pun akhirnya sadar bahwa perasaan nggak bisa dipaksakan. Sejak saat itu ia berusaha untuk nggak bergantung pada alatnya Doraemon. Ia belajar mati-matian untuk ujian, demi membuat Shizuka kagum. Tapi ternyata ia masih juga gagal dan akhirnya hampir menyerah dan berhenti untuk memperjuangkan Shizuka. Doraemon pun berusaha untuk menyemangati Nobita, ia mengatakan Nobita masih bisa mengubah masa depannya jika mau berusaha. Hingga akhirnya Nobita berhasil, ia "mengintip" masa depannya (Nobita dan Shizuka menikah!) dan merasa amat sangat bahagia. Pada titik itu lah misi yang diprogramkan pada Doraemon selesai. Doraemon akan segera kembali ke masa depan dan meninggalkan Nobita untuk selama-lamanya.. 

fiuhh..

Kalau yang ku dengar dari teman-teman dan juga beberapa review di internet, rata-rata dari mereka mengatakan film ini mengecewakan. Entah mengecewakan dari segi mana, tapi untuk sisi sedihnya sih menurutku dapet banget. Aku pribadi ngerasa sedih sesedih-sedihnya sepanjang nonton film ini. Taraf sedihnya tuh hampir setara dengan film Hachiko, yang juga tentang perpisahan (yang ku nobatkan sebagai the saddest movie ever disini). Berawal dari perjuangan Nobita membuat Shizuka kagum aja udah bikin sedih, mungkin ini faktor terbawa perasaan. Perasaan menyukai seseorang dalam diam dan tak tergapai, halah. Ditambah lagi keputusasaan Nobita. Lalu peristiwa perpisahan Nobita dengan Doraemon. Ah, air mata ini tak dapat terbendung lagi.

Kalau dari segi cerita, kayaknya ini film bukan ditujukan buat anak-anak. Soalnya Nobita disini amat-sangat terobsesi dengan Shizuka sampe udah mikirin tentang pernikahan. Mungkin sasaran film ini adalah anak-anak jaman dulu, yang mana sekarang udah pada berumur. Ada juga review yang bilang ceritanya nggak masuk akal, Doraemon diprogram untuk nggak bisa kembali ke masa depan sebelum Nobita bahagia, tapi kok mereka bisa jalan-jalan ke masa depan? Ah, yaudah sihhh... 

Intinya, film ini pas banget kalau dimaksudkan sebagai episode terakhir. Episode perpisahan, ya jelas harus sedih lah. Tapi tenang, nggak melulu sedih sih, banyak humornya juga. Ditunjang dengan animasinya yang udah 3D, ekspresi-ekspresi yang lucu, suara, bahasa, serta intonasi bikin makin terasa humornya. Pesan terbesar dalam film ini yang kutangkap adalah : apapun yang kita lakukan saat ini, akan sangat menentukan masa depan kita. Buat yang masa kecilnya dibahagiakan oleh Doraemon tiap Minggu, this movie is worth to watch!

Sudahkah anda nonton Stand By Me Doraemon? :D

(P.S. : Maafkan aku karena nonton ini secara ilegal, salah sendiri nggak ada di XXI, cuma ada di blitzmegaplex. Udah tau disini cuma ada XXI, satu-satunya lagi, mahal lagi. lah jadi curhat)

(Spoiler : Happy ending, Alhamdulillah)

08/01/15

Relatif Tidak Disukai

Aku baru-baru ini menyadari sesuatu yang sesaat lagi akan kuceritakan kepadamu. Sesuatu ini terkadang amat mengganggu pikiran. Mulut ini diam, namun hati berteriak ingin berontak. Apa sih ah.

bisik bisik tetangga (sumber)
Jadi begini. Kita semua pasti sepakat bahwa setiap manusia diciptakan berbeda satu dengan yang lainnya. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Tentu teman-temanmu pun karakternya berbeda-beda. Ada yang kalem ada juga ada-ada aja kelakuannya. Sayangnya, namanya juga hidup, kita nggak bisa maksain orang lain untuk suka sama kita. Pasti ada aja yang nggak suka. Hal yang bikin nggak suka bisa dari hal-hal remeh kayak cara bicara, cara jalan, sikap sampe hal-hal langka kayak kebiasaan nelan permen karet yang terbuat dari ban dalam bulldozer. Hehe. Macem-macem deh.

Nah, sesuatu yang baru kusadari adalah  ternyata sejak dulu aku berteman baik dengan orang-orang yang 'relatif tidak disukai' oleh orang kebanyakan. Kok bisa tau? Iya, jadi saat aku berteman dengan orang lain, mereka ini membicarakan betapa mereka tidak menyukai temanku yang 'relatif tidak disukai' ini dengan berbagai alasan. Mereka mungkin lupa kalau aku berteman baik dengannya, makanya woles aja pas cerita. Ataupun kalau ingat dan sengaja pengen tetap cerita, biasanya dibarengi dengan kalimat semacam, "eh iya lupa ada temennya disini". Saat itu aku cuma bisa diam, terus pergi. Rasanya campur aduk. Orang yang nggak punya masalah apa-apa dengan kita harus ngalamin omongan belakang punggung yang menyakitkan kayak gini. Suka nggak ngerti kenapa mereka segitu bencinya, apa sih salahnya? Sedih juga kalau dipikir-pikir, mungkin aku cocok berteman dengan orang yang 'relatif tidak disukai' karena aku termasuk dalam golongan itu. Siapa yang tau kan? :)

People always have something to say
Apapun yang kita lakukan, sebaik apapun bersikap, selalu ada celah buat jadi bahan komentar orang lain. Jadi ya siapin mental baja aja untuk bertahan hidup. Dunia ini keras bung! Kalo lembek mah onde onde! Tul nggak?!

Realistis

This gonna be the first post ever at tu tauzen en fiftiiiin *goyang bang jali*
sumber

Awal tahun gini sih mainstream-nya ngomongin resolusi. Apa itu resolusi? Re = pengulangan. Solusi = ya...solusi. Jadi resolusi adalah solusi yang diulang-ulang. #gagalpaham

Makin nambah umur, makin nggak berani mengharapkan yang tinggi-tinggi. Rasanya cukup yang realistis-realistis aja dan memungkinkan untuk digapai. Gak masalah kalau kamu punya harapan tinggi, asalkan kamu tau apa yang harus kamu lakukan untuk menuju kesana. Intinya sih, kalau aku sekarang udah nggak bisa lagi deh ngarep buat jadi the next asia's top model...hiks #muntahberjamaah

Jadi apa dong harapan realistis buat Tahun 2015 ini? Simpel aja sih, cuma pengen lulus kuliah, kerja dan berpenghasilan sendiri... Hidupku mainstream banget ya. Ntar kalau udah duitnya buat traveling ke seluruh pelosok tanah air (efek iri liat foto-foto traveling punya teman-teman). Tapi kalau traveling mungkin tidak di tahun ini. Mungkin tahun depan. Atau tahun depannya lagi. Bareng kamu~ Iya... Kamoeh. #wuek

Kalau kamu punya harapan yang lebih membahana dari punyaku? Atau sama seperti ku? Hmm.. mungkin kita jodoh.



All about my special moments, stories, thoughts, or anything.

Your Number!

Categories

Who is "A"?

Foto saya
Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia
Hello, there! I'm a medical practitioner, hmm but not really... hahaha. It's a pleasure for me to get you here, visitors!

Contact Me

Nama

Email *

Pesan *

To get the latest update of me and my works

>> <<