A-Blog!

All about my special moments, stories, thoughts, or anything.

26/08/14

Sepenggal Kisah KKL

Akhir Mei sampai awal Juni lalu, aku berkesempatan pergi “liburan berkedok KKL” ke Jakarta-Bandung. Lima hari pertama full diisi kegiatan KKL, yaitu : hotel-kunjungan 1-makan siang-kunjungan 2-makan malam-hotel. Hari berikutnya adalah KKL extension alias “KKL” nambah-nambah sendiri. Mulai dari situlah pola hidup dan kebiasaan di 5 hari pertama itu berubah. Setelah 5 hari itu, kita terbagi menjadi kelompok-kelompok dengan tujuan “liburan” yang beda, ada yang balik Jakarta, stay di Bandung, bahkan ada yang nyasarnya kejauhan sampe Jogja dan Bali. Terpaksa kita berpencar, dan survival pun dimulai karena pihak kampus udah nggak ada urusan dengan kita. Nggak ada lagi yang namanya mandi air hangat di subuh yang dingin, kasur dan selimut cozy, tv kabel, sarapan-tinggal-pilih, makanan-tinggal-dimakan, transportasi-tinggal-naik. Aku dan beberapa temanku memilih stay di Bandung. Kita pun menggelandang :D

Beruntung travel dari kampus mau nganterin kita ke penginapan ala survival yang udah kami pesan sebelumnya. Penginapan sederhana –sangat sederhana, bukan hotel- yang letaknya ternyata strategis, ke Gedung Sate aja jalan kaki 5 menit (katanya, kenyataannya sih 15 menitan, mungkin karena kita jalan pake efek slow motion). 

Namanya Wisma PU di Jalan Riau, satu kamar ada 4 bed, dan seingatku tarifnya sekitar 40ribuan/malam/orang. Fasilitasnya ya worth it lah dengan harganya. Buatku pribadi sungguh bukan masalah besar kalau harus mandi pagi tanpa air hangat (walaupun dinginnya emang ampun-ampunan!), TV bukan TV kabel, tanpa AC, kamar mandi diluar kamar, sungguh, no problem! Karena kita disitu cuma numpang istirahat setelah seharian melanglangbuana, mau tidur beralaskan tikar dan berlangitkan bintang pun akan tetap nyenyak saking capeknya (yakeleus).

Kami stay di Bandung ini selama 4 hari. Satupun di antara kami tidak ada yang ngerti jalanan Bandung, kemana-mana modal sebongkah nekat dan segenggam uang ribuan buat naik angkot. Rencananya sih pengen explore Bandung mulai dari wisata kuliner, wisata belanja, sampe wisata alamnya. Tapiiii… ternyata wisata belanjanya lebih menggiurkan. Entah berapa kali bolak-balik Cihampelas Walk (CiWalk), pasar baru, BTS, dan Paris Van Java (disini mah wisata mata aja), sampe hapal sama rute angkot. Lagipula, lokasi pusat Kota Bandung dengan lokasi wisata-wisata alam itu ternyata jauuuuuhhh bener, selain bingung mau naik apa, bingung juga gimana ngatur budget biar bisa survive setidaknya bersisa untuk bayar airport tax buat pulang (sedih ya).

Tapi jangan sedih, jangan pula meragukan jiwa gelandang kami. Dari awal perencanaan ke Bandung, kita udah ngebayangin sebuah wisata alam yang kalo di foto itu bagaikan negri di awan putih. Dengan tekad yang kuat, usaha yang giat (usaha cari transport murah dan maksain teman yang ada di tempat lain buat ikutan biar tambah murah), di H-1 kepulangan kami, akhirnya kami bisa menginjakkan kaki di Kawah Putih Ciwidey, Bandung! *yeeeeeeee*
Namun kalian perlu tau kisah dibalik perjalanan yang hampir memakan waktu sekitar dua jam itu. Jam 7 pagi kami udah siap (bayangin mandi dengan air nyaris beku pagi-pagi gitu gimana rasanyaaa), dan transportasi yang kami gunakan adalaaahh : angkot charteran,secara kita angkot lovers. Geng-geng lain ke Kawah Putih dengan travel 600ribuan/mobil dengan muatan hanya 9 orang, sedangkan kita charter angkot 400ribu ber sebelas orang!!! (menang banyak dong). Tapi ternyata jalan dari Bandung ke Kawah Putih cukup terjal, secara Ciwidey itu di atas bukit, kita harus tahan-tahan badan biar nggak keikut gerakan angkot yang berlenggak-lenggok ngikutin kelokan jalan. Semakin keatas, kita disambut dengan pemandangan yang bikin mata adeeeem bener, hamparan perkebunan teh, strawberry, blackberry, dan berry-berry lainnya. Suhunya juga semakin sejuk, berasa di bioskop. Sayangnya, sayang banget malah, aku kurang bisa menikmati pemandangan alam yang maha keren ini karena kepala yang udah pusing dan perut yang udah mual. Sepanjang jalan cuma berdoa dalam hati : “jangan muntah disini….

Akhirnya sampai juga di gerbang selamat datang Kawah Putih Ciwidey. Lega banget rasanya. Turun dari angkot buru-buru ke toilet : muntah. Alhamdulillah, kapan lagi muntah di Ciwidey. Setelah itu rasa yang nggak enak daritadi tiba-tiba hilang saking excited-nya. Baru masuk kawasan udah disamperin sama penjual-penjual stroberi, blackberry dan semacamnya. Harganya murahhhh banget, 3 kali lipat lebih murah daripada di Pontianak, satu mika besar stroberi yang baru dipanen, segar, gede-gede, dijual dengan harga 10ribu. Ya kita kalap lah!! Setelah borong berry-berry-an, kita isi perut dulu. Mie rebus yang kupesan cepat banget dinginnya, dan air mineral biasa tiba-tiba berasa air dari kulkas! Jadi rada norak nih, terbiasa hidup di lingkungan ‘panas bedengkang’ sih.

Ternyata lokasi puncak Kawah Putihnya itu masih jauh. Kalau pakai mobil pribadi, tarifnya 300ribu/mobil. Kalau pakai kendaraan yang dikelola tempat wisata (ontang-anting) itu sekitar 23ribu/orang sudah termasuk tiket masuk kawasan. Pinter nih pengelolanya, ya jelaslah orang-orang lebih pilih ontang-anting, selain lebih murah, sensasinya itu looohh… I was the lucky one, duduk paling pinggir, pegangan seadanya, jalanan berkelak-kelok dan ontang-antingnya ngebut banget... Jadilah kami membentuk ikatan kuat antar siku seperti sedang mengelilingi api unggun pramuka, supaya yang paling pinggir nggak jatoh..

ini loh ontang anting, sumber
Oh, finally, sampai juga di puncak Kawah Putih Ciwidey!!! We were soooooo excited. 
hampir sampe nih
Tadaaa!
Tiba-tiba teringat film “Heart” lalu kami seolah-olah berada di dalamnya, menjelma menjadi sosok Farel, Luna, dan Rachel. Pemandangan Kawah Putih ini cantiikkk banget, tapi bau belerangnya sangat menyengat jadi kita nggak boleh terlalu lama disitu. Jadi, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, kita abadikan momen di berbagai sudut dengan berbagai gaya sampai akhirnya mati gaya.


Lalu kita duduk-duduk menikmati pemandangan dan sisa waktu sambil nyemil stroberi yang tadi. Rasanya masih pengen berlama-lama, tapi kita harus cepat pulang karena perjalanan jauh dan besoknya udah harus pulang ke Pontianak. At that time I said “I’m in love with this place”. Semoga ntar bisa balik lagi kesitu.
 
Di perjalanan pulang, rasa nggak enak yang tadi nggak muncul lagi, jadi bisa menikmati pemandangan yang tak ternikmati pada saat berangkat. Yang jadi pikiran saat itu adalah gimana caranya agar stroberi-stroberi ini tetap aman dan nggak busuk sampai di Pontianak?

Ini adalah cerita “KKL” chapter Kawah Putih, sebetulnya banyak chapter-chapter lain tapi sampai saat ini hanya tersimpan di otak aja. Kawah Putih adalah salah satu yang paling berkesan bagiku, mengingat perjuangan dan hampir hopeless-nya kami saat itu. Semoga di lain waktu chapter-chapter lain itu bisa ikutan mejeng disini.

Anyways, stroberi-stroberi itu tiba dengan keadaan benyek dan hampir busuk dengan sukses di Pontianak. I was so sad karena itu rencananya buat oleh-oleh, tapi akhirnya diikhlasin aja dan dibuat jus-hampir-busuk. Delicious so!

0 Comments:

Posting Komentar

mau kemana kakak? komen dulu dong...

All about my special moments, stories, thoughts, or anything.

Your Number!

Categories

Who is "A"?

Foto saya
Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia
Hello, there! I'm a medical practitioner, hmm but not really... hahaha. It's a pleasure for me to get you here, visitors!

Contact Me

Nama

Email *

Pesan *

To get the latest update of me and my works

>> <<