Hai, apa kabarmu?
Tak terhitung berapa lama sudah aku tak melihat batang hidung itu,
Tak melihat tawa lepas itu, dan canda yang serius itu
Masih lekat di memori,
Ajakan yang kuanggap sebuah janji,
Tapi mungkin tak sengaja teringkari,
Tak apa, aku telah berhenti menanti
Ketika lambat laun terlupa
Namanya datang kembali menerpa
Mengulik rasa yang dulunya ada
Ah, segera tepis saja
Selalu percaya, ini tiada arti baginya
Hingga tiba di hari yang sama pula
Saat senja dihantam jutaan tetes dari langit jingga
Batang hidung itu terlihat olehku tak sengaja
Aku hanya butuh sepersekian detik
Sebab terbaca dari khasnya yang nyentrik
Ditemani dengung bising jalanan yang berisik
Ia tembus angin yang gemerisik
Dan aku hanya mampu merasakan angin yang terusik
Rasa yang begitu sederhana,
Lega melihatnya masih baik-baik saja,
Walau hanya merasakan anginnya,
Sudah cukup membuat jiwa ini bergetar semena-mena.
Tentang siapa dia,
Biarlah jadi rahasia
Biar Tuhanku dan aku yang menjaga
Yang lain hanya boleh sekadar menerka
Walau kuharap tak ada yang mendekati jawaban sebenarnya
Teruntuk: Kamu,
Semoga kau tak pernah tahu
:)
0 Comments:
Posting Komentar
mau kemana kakak? komen dulu dong...