Berawal dari nyasar ke blog
Pandji (www.pandji.com), membaca beberapa
postingan yang berisi pemikiran-pemikiran kritis beliau, tak jarang membahas
masalah berat, namun disajikan dengan bahasa sesederhana mungkin sehingga
siapapun dapat mencerna dan memahami pemikiran beliau ini. Pandji tampaknya
punya misi untuk mengajak cinta Indonesia dan melakukan perubahan untuk
Indonesia, jelas sasarannya adalah generasi muda, yang nantinya akan memegang
kendali atas Indonesia. Ketika saya membaca postingan beliau ini, saya merasa
menjadi cerdas beberapa tingkat (hehe).
Karena banyak hal yang tidak pernah saya tahu atau tidak saya pahami
sebelumnya, menjadi tergambar jelas di otak saya.
Kemudian saya membuka sebuah
postingan lama yang berisi versi ebook karya buku pertama beliau : Nasional.Is.Me. Tanpa ragu saya segera
mengunduh ebook tersebut, dan tanpa butuh waktu lama pula saya menyelesaikan
membacanya. Tanggapan saya? Saya merasa sangat tertampar, saudara-saudara. Saya
generasi muda, hanya bisa mengeluh mengapa Indonesia begini dan begitu,
sedangkan saya hanya duduk manis tanpa melakukan apapun untuk mengubah keadaan.
Dari ebook itu juga saya lebih mengenal lebih jauh tentang Indonesia, baik
sejarah, hingga fakta keunggulan Indonesia di mata dunia. Lalu saya jadi
berpikir, ‘hey.. Indonesia is not that
bad !’ Lebih terkesima lagi setelah mengetahui apa yang Pandji lakukan
untuk Indonesia dan bagaimana optimisnya beliau terhadap kemajuan Indonesia.
Saya merasa seluruh mahasiswa/pemuda di Indonesia ini harus membaca ebook
Nasional.Is.Me ini. Maka saya pun mulai menyebarkannya ke teman-teman :)
Ok, setelah Nasional.Is.Me,
tentunya saya penasaran dengan 2 buku Pandji : Merdeka Dalam Bercanda dan Berani
Mengubah. Tadinya saya sebagai penikmat Stand Up Comedy ingin mendahulukan
buku Merdeka Dalam Bercanda, tapi ternyata yang masih tersedia di Gramedia
adalah Berani Mengubah. Tanpa ragu saya pun membeli Buku ini. Cover-nya
terlihat simple namun tajam.
Minta tanda tangan dong mas Pandji :D |
Saya selalu suka kombinasi merah
dan hitam. Terkesan membara gimana gitu (hehe).
Jumlah halaman memang tidak terlalu tebal, tidak sampai 200 halaman dengan 9
bab. Tapi setelah anda membaca, anda akan menyesal telah meremehkan jumlah
halaman. Dalam buku ini, Pandji menulis : Jangan
terkecoh dengan jumlah halamannya. Kalau diterapkan dengan benar, belum tentu
anda bisa menamatkan buku ini dalam waktu lima tahun. “Menamatkan” disini
bukan sekadar tamat membaca ya, tapi mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Sebenarnya saya tidak tahu teknik
mereview buku, saya ingin me-review bab per bab, tapi saya takutnya malah jadi
spoiler. Hehe. Tapi tujuan saya adalah agar anda dapat menyimpulkan apakah anda
merasa perlu atas buku ini. Baiklah, mari kita telusuri bab per bab dalam buku
ini.
Setelah Nasional.Is.Me. Merupakan bab yang berisi dasar pemikiran
Pandji untuk membuat buku ini.
Belajar Politik. Sebagian orang pasti udah melengos duluan kalau
mendengar kata Politik. Saya juga, tadinya. Tapi Pandji bilang, kehidupan kita
sehari-sehari ini sebenarnya merupakan hasil dari kebijakan-kebijakan politik.
Iya, dan kita sebagai masyarakat yang notabene berperan sebagai pemilih dalam
pemilu, harus bijaksana menggunakan hak kita. Kita harus memilih orang yang
tepat sebagai pembuat kebijakan untuk kehidupan kita sehari-hari. Quote pandji,
“Semakin kita buta politik, semakin
mereka memanfaatkan kebutaan kita”. Artinya kita harus cerdas dan selektif.
Di bab ini, Pandji menguak fakta mengenai persaingan politik dalam pemilu yang
terjadi di Indonesia, dengan mengetahui hal ini, nantinya kita tahu bagaimana
seharusnya menggunakan hak suara dalam pemilu. Melalui bab ini juga,
sedikit-banyak saya mengetahui bagaimana pemerintahan Indonesia di bawah
pimpinan presiden-presiden terdahulu, dan bagaimana kisah kelam kerusuhan Mei
1998.
Belajar Hukum. Kebobrokan penegakan hukum di Indonesia memang sudah
jelas terlihat, saya juga geram sendiri melihatnya. Kalau kata Syahrini,
terpampang nyata. Menurut Pandji, kita harus belajar dan mengerti hukum. Dengan
mengerti hukum, kita akan membantu menegakkan hukum. Saya jadi bersyukur SIM
saya nggak nembak. Hehe J Meskipun lama jadinya,
saya bangga karena saya benar. Sedikit sharing saja, selama proses pembuatan
SIM justru ada aparat yang terang-terangan menawarkan “jasa”. Ironis dengan
banner yang berisikan penolakan terhadap suap. Hmm.
Belajar Ekonomi. Di bab ini banyak sekali isinya. Pandji membahas
isu kenaikan BBM secara kompilt (ditunjang dengan data, dampak positif-negatif,
dan pendapat-pendapat narasumber yang berkompeten). Pandji juga menjelaskan
teori dan mengungkap fakta-fakta mengenai kebijakan ekonomi di Indonesia. Hal
ini tentu saja membuka mata masyarakat awam seperti saya, ternyata begitulah
hubungan industri, infrastruktur, pembangunan terhadap kemajuan ekonomi
Indonesia. Bahkan saya cukup tercengang mengetahui bahwa industri tembakau yang
selama ini saya tahu sebagai salah satu industri yang memajukan perekonomian
Indonesia, ternyata hanya memberikan kontribusi 1% dari total pendapatan
nasional. Kalau tahu begitu, topik ini tidak perlu lagi menjadi materi dalam
perlombaan debat. Hehe :)
Kalaupun masih dijadikan topik, saya akan pede maju menjadi pihak yang kontra :)
Memahami Indonesia. Dalam bab ini, awalnya Pandji akan menjabarkan
tentang sejarah bagaimana Indonesia terbentuk dari banyak perjanjian, hingga
akhirnya Indonesia mencakup 33 provinsi seperti yang kita tahu saat ini. Tenang
saja, sejarah yang ini tidak akan membosankan seperti yang guru sekolah
jelaskan dulu. Pandi juga mengungkap konflik yang pernah terjadi di Indonesia,
hingga ada beberapa daerah yang terpaksa melepaskan diri karena “tidak
dianggap” oleh Indonesia. Dulu para pahlawan berjuang mati-matian untuk merebut
wilayah itu, setelah wilayah itu telah dimiliki, sekarang justru kita gagal
menjaganya. Nggak kebayang, apa perasaan pahlawan yang dulu memperjuangkannya?
Bersatu Bukan Jadi Satu. Dari judulnya saya sudah setuju. Bersatu
bukan berarti satu. Bab ini menarik karena ada part yang menegangkan buat saya.
Yaitu pada saat Pandji mewawancarai dua orang ateis, dan Pandji menantang
mereka untuk meyakinkan beliau bahwa Tuhan itu tidak ada. Saya khawatir Pandji
akan “kalah”. Saya bahkan sempat takut melanjutkan membaca, karena logika ateis
ini cukup mengguncang. Hehe :) *Istighfar*Tapi setelah membaca kelanjutan jawaban Pandji atas
pertanyaan-pertanyaan itu (kalau saya yang ditanya, saya pasti banyak
melongonya), saya kembali menemukan iman saya. *Hamdalah*. Saya juga sangat setuju dengan kesimpulan akhir bahwa :
Kita harus menerima. Kita harus terbuka terhadap perbedaan. Bab ini memang
mungkin agak sensitive karena membahas perbedaan yang seolah tidak ada
penyelesaian. Banyak konflik yang terjadi didasari atas perbedaan. Kembali
lagi, kita harus terbuka dan menerima perbedaan. Just that simple. :)
Menciptakan Perubahan. Pandji ada menyinggung mengenai pandangannya
tentang ormas FPI, yang pernah saya baca sebelumnya dalam blog beliau.
Pandangan beliau ini, sedikit banyak juga mempengaruhi pandangan saya, karena
saya mengetahui beberapa fakta yang beliau peroleh langsung dari pimpinan
ormas. Mulai tampak pangkal permasalahannya, dan disitulah peran pengubah
diperlukan. Pandji mengatakan bahwa untuk berani mengubah juga berarti harus
berani fokus. Pandji memasukkan beberapa nama yang memiliki aksi perubahan yang
spesifik. Pada bab ini, akan banyak aksi-aksi pemuda yang inspiratif. Pandji
juga meyakinkan bahwa kita pun mampu melakukan hal serupa. Aksi Perubahan.
Mendunia. Bab ini banyak membahas bagaimana Indonesia di mata
dunia. Ternyata banyak individu Indonesia yang diakui karyanya mampu bersaing
dalam skala Internasional, hal ini tentu saja meningkatkan reputasi Indonesia
di mata dunia. Pandji meyakinkan bahwa
Indonesia nggak kalah kok.
Beraksi. Saatnya kita melakukan aksi perubahan untuk Indonesia yang
lebih baik!
Saya merasa cukup lega karena
menemukan buku ini tepat pada waktunya. Semoga saja tidak terlambat dan masih
cukup waktu bagi saya untuk dapat melakukan apa yang saya bisa untuk Indonesia.
Highly recommended for Indonesian Youth :)
#Nowplaying : Untuk Indonesia –
Pandji Pragiwaksono
cool deh tulisannya, lanjutkan yah dek, terus menulis dan berkarya :)
BalasHapusThanksss ;))
BalasHapus